Senin, 03 Oktober 2022
Ketemu Tak Disangka
TIDAK disangka. Kebetulan saja membuka-buka email Radio Azam FM. Klik sana, klik sini, bertemu dengan akun blog radioazam yang kalau dilihat isinya sudah lama tidak dijamah adminnya. Klik sana klik sini, malah bisa diisi halaman postingannya. Maka muncullah catatan super singkat ini. Izin, admin, khususnya Pak Nasrun MD yang wajahnya ada di sini. Saya pastikan dialah admin blog ini.
Mungkin sebegitu saja dulu catatan amat sangat singkat ini dibuat. Untuk mencoba dan membuktikan bahwa blog ini ternyata masih tetap aktif walaupun sudah sangat lama dibiarkan atau terbiarkan.
Selasa, 15 November 2011
Ciri Wartawan Radio Yang Kompeten
Apa yang membuat seseorang merupakan wartawan radio yang diglongkan kompeten. Setiap praktisi atau akademisi memiliki pandangan berlainan mengenai apa yang disebut kompeten dengan tugasnya sebagai jurnalis dan kemudian biasanya menjadi editor dan kepala siaran.
Menurut Paul Chantler dan Peter Stewart dalam buku Basic Radio Journalism seorang jurnalis radio mengkombinasikan kemampuan tradisional seorang reporter dengan ketertampilan barunya. Yang dimaksud kemampuan tradisional ini seperti penulisan berita yang jelas,memahami bahasa, mampu meringkas peristiwa yang kompleks, mampu mengajukan petanyaan tajam dan di atas segalanya tentu adalah memiliki “hidung yang tajam untuk mencium berita” atau kemampuan mengetahui mana berita besar dan mana berita sampingan.
Kompetensi juga harus dimiliki seorang jurnalis dalam menggunakan berbagai peralatan siaran dan rekaman yang baru. Saat ini perekaman suara biasanya menggunakan teknologi kartu perekam seperti SD Card, hardisk kecil atau alat perekam yang sudah memiliki hardisk di dalamnya. Tinggal memasukkan kabel USB ke komputer bisa langsung diedit. Selain itu jurnalis radio memiliki kemampuan self-op ringkasan berita, menggunakan studio untuk siaran langsung sendiri dan melakukan wawancara baik langsung atau direkam.
Dengan kata lain seorang jurnalis yang baik, kata Paul Chantler and Peter Stewartmemiliki fleksibilitas, kemampuan teknik yang tinggi, mampu bekerja di bawah tekanan waktu, mampu menyusun prioritas dan bekerja bergeser dengan cepat antara berita bencana dan kemudian pada jam sama cerita jenaka. Kemampuan berfikir dengan cepat manakala akan wawancara atau siaran merupakan sebuah hal yang perlu dimiliki. Bahkan memiliki kemampuan memprediksi hasil dari sebuah sidang pengadilan, misalnya, akan sangat membantu dalam memberikan siaran berita radio.
Karakter radio dimana imajinasi bermain bukan berarti seorang jurnalis memainkan khayalan dalam membuat beritanya. Dia tetap terikat kepada prinsip-prinsip dasar penyusunan berita namun memiliki gagasan bagaimana mempresentasikan berita itu dalam bentuk yang paling jelas dan berimbang sehingga pendengar sekali mengikutinya bisa mendapatkan gambaran apa yang sebenarnya terjadi dan bagaimana konteksnya serta apa dampaknya kemudian.
Sumber : Jurnal Asep Setiawan
Senin, 14 November 2011
Kemeninfo dan Kabiro LKBN Antara di Radio Azam
Kasubdit Media Luar Ruang dan Audio Visual Direktorat Pengelolaan Media Publik Kementerian Komunikasi dan Informasi Endang Kartiwak (kiri) dan Kepala Biro Perum LKBN Provinsi Kepri Evy Ratnawati Syamsir mengadakan talk show yang dipancarluaskan Radio Azam 103,5 FM Tanjung Balai Karimun, Kamis (10/11). Talk Show digelar dengan tema "Sosialisasi Kebijakan Pemerintah Pusat Melalui Perum LKBN ANTARA.
Rabu, 02 November 2011
Tips Menjadi Penyiar Radio Yang Baik Dan Benar
RADIO adalah suara (sound)! Media yang hanya bisa didengar (auditif). Suara (voice) pula yang jadi aset terpenting seorang penyiar –sebagai ujung tombak, front liner, sebuah radio yang berinteraksi langsung dengan pendengar.
Banyak orang terlahir dengan memiliki suara indah. Namun, kebanyakan dari kita harus bekerja keras untuk menjadi penyiar profesional. Lagi pula, jadi penyiar profesional tidak cukup bermodal suara emas (golden voice), tapi juga perlu modal lainnya, seperti wawasan, sense of music, dan sense of humor.
WAWASAN
Penyiar harus berwawasan agar siarannya hidup, dinamis, berisi, dan tidak monoton. Kosakata, varietas kata, improvisasi, hanya bisa dilakukan oleh penyiar yang berwawasan luas. Karena itu, banyak baca, jadilah orang yang haus pengetahuan! Dijamin, jika Anda berwawasan luas, takkan kehabisan kata-kata untuk berbicara.
SENSE OF MUSIC
Penyiar harus memiliki sense of music yang tinggi. Soalnya, tugas penyiar bukan hanya mutar lagu-lagu, tapi mesti paham juga tentang jenis musik, alat musik, dan artisnya.
SENSE OF HUMOR
Penyiar juga harus humoris, punya bakat menghibur. Bakat itu diperlukan karena profesi penyiar radio dituntut mampu menghibur pendengar. Lagi pula, radio identik dengan hiburan (entertaintment).
BAHASA TUTUR
Siaran harus menggunakan bahasa tutur, bahasa percakapan (conversational language), demikian juga naskah berita atau iklan.
Bahasa tutur yaitu bahasa yang dipakai dalam pergaulan sehari-hari yang mempunyai ciri khas: (a) kalimatnya sederhana, singkat, kurang lengkap, tidak banyak menggunakan kata penghubung; dan (b) menggunakan kata-kata yang lazim dipakai sehari-hari (spoken words).
Didalam bahasa tutur, lagu kalimat (infleksi, inflection) memegang peranan penting. Tanpa bantuan lagu kalimat sering orang mengalami kesukaran dalam memahami bahasa tutur. Sama pentingnya adalah artikulasi atau pronounciation (pengucapan kata), intonasi (nada suara atau irama bicara), aksentuasi (logat, dialek, stressing), dan speed (kecepatan berbicara, tempo).
TAMPILKAN SUARA TERBAIK!
RILEKS!
Penyiar adalah “pemain sandiwara” (performer) dan menghadapi tantangan yang sama dengan penyanyi atau aktor. Begitu di atas pentas, di depan kamera, atau di belakang microphone, Anda tidak akan dapat memberikan penampilan terbaik kecuali jika Anda santai (relax). Tenggorokan tercekik (tight throat), leher tegang, dan pundak yang kaku, akan membuat Anda tidak dapat mengeluarkan suara terbaik.
Bagaimana biar rileks? Bukan dengan mengatakan pada diri Anda, “Relax, fool, relax!” Relaksasi bukanlah soal psikologis, tapi soal fisik. Ia tidak dimulai di otak, tapi di badan. Relaksasi diperoleh melalui sebuah proses fisik berupa peregangan dan pernafasan. Jika tubuh Anda rileks, emosi Anda akan mengikuti.
ATUR NAFAS!
Mati lemas atau kekurangan nafas (suffocation) adalah penyebab kematian nomor satu di kalangan penyiar. Banyak penyiar biasa terus menahan nafas selama bertutur. Nafas megap-megap tidak akan menghasilkan siaran yang bagus.
Bernafas secara tepat adalah dasar siaran profesional. Naskah siaran harus memberi kesempatan untuk bernafas. Ketika Anda membaca naskah, buatlah tanda di mana Anda akan mengambil nafas. Ikuti instruksi Anda sendiri dan bernafaslah saat Anda melihat tanda itu.
Sikap badan yang baik dan dukungan dari diafragma Anda, akan membuat tiap nafas bekerja lebih lama bagi Anda. Anda bisa latih hal itu dengan cara meratakan jari tangan dan tekan diafragma (rongga antara dana dan perut). Ketika Anda mulai dengan suara rendah, tekan diafragma Anda dengan tangan. Teknik ini akan memberi Anda kekuatan ekstra.
Jauhkan mulut Anda dari microphone saat menarik nafas. Jangan sampai tarikan nafas Anda mengudara
VISUALISASI!
Penyiar radio berbicara kepada pendengar yang tidak terlihat. Secara simultan (bersamaan), sebagai penyiar Anda berbicara kepada tidak seorang pun (talk to no one) –karena tidak satu orang pendengar pun yang hadir secara fisik di depan Anda— dan kepada setiap orang (talk to everyone), mungkin ribuan pendengar. Talk to one one and eveyone!
Penyiar radio juga sering sendirian di ruang siaran, tidak ada lawan bicara, hanya ditemani sejumlah “benda mati” –komputer, mixer, dan sebagainya. Membentuk “mental image” tentang pendengar Anda sangat penting untuk siaran terbaik.
Berbicara kepada benda mati bukan saja tidak membangkitkan semangat (uninspiring), tapi juga tidak realistis. Karenanya, saat siaran, bayangkan Anda sedang berbicara pada seorang teman, atau sekelompok kecil orang.
Membayangkan adanya seorang pendengar di depan Anda, akan membantu Anda berkomunikasi secara alamiah, gaya ngobrol (conversational way).
TENTUKAN PILIHAN KATA!
Di radio, Anda hanya punya satu kesempatan untuk membuat pendengar Anda mengerti yang Anda kemukakan. Di media cetak, pembaca akan mengulang bacaan pada bagian yang mereka tidak pahami. Di televisi, ada bantuan visual untuk memperjelas berita. Tapi di radio, yang dimiliki pendengar hanya suara Anda.
Karena itu, saat menyampaikan sebuah informasi, putuskan katak-kata mana yang menjadi kata kunci (key words) dan garisbawahi. Tiap kata memiliki nilai berbeda. Putuskan apa yang akan Anda tekankan, di mana lagu kalimat (inflection) Anda akan menaik dan menurun, dan di mana Anda akan bernafas. Biasanya, infleksi menaik kalau akan bersambung dan menurun jika akan berhenti.
KONSENTRASI!
Tidak ada pilot otomatis dalam siaran. Jika Anda tidak mendengar apa yang Anda katakan, tidak ada orang lain yang akan mendengar.
Siaran yang baik membutuhkan konsentrasi tingkat tinggi. Tidak mudah untuk mengatur nafas Anda, memvisualkan pendengar Anda, dan melaporkan cerita pada saat yang sama. Karena itu, relaksasi adalah kunci konsentrasi.
LATIHAN!
Best voice requires experimentation. Seorang penyiar harus menemukan suara terbaiknya dan ini butuh eksperimen. Jika Anda punya pilihan mikrofon, cobalah satu per satu untuk menemukan mike paling sesuai bagi Anda. Beberapa mike dibuat untuk mendorong tinggi-rendah suara Anda, dan Anda bisa menyelaraskannya sesuai dengan kebutuhan Anda. Mintalah bantuan teknisi.
Cobalah dengan merekam suara Anda dalam sikap tubuh yang berbeda, kedekatan yang berbeda dengan mike, dan tingkat proyeksi (pengerasan) yang berbeda.
Bayangkan ragam pendengar dan lihatlah bagaimana “mental image” ini mempengaruhi penyampaian Anda.
BICARA KEPADA SATU ORANG!
Bayangkan, pendengar itu satu orang! Orang yang baru pertama kali berbicara di radio, sering secara salah memvisualkan pendengarnya –membayangkan bahwa pendengar itu ribuan. Padahal, orang yang mendengarkan itu dalam kelompok berjumlah satu orang (in group of one). Ya, bayangkan pendengar itu satu orang!
TEMAN AKRAB!
Berbicaralah layaknya kepada teman akrab (intimate friend). Lihat wajah teman Anda itu dalam “pikiran mata” (mind’s eye) Anda.
SMILE!
Senyumlah, meski pendengar tidak melihat Anda. Berbicara dengan senyum, akan terasa hangat, ramah, friendly, di telinga pendengar.
KONTAK MATA!
Lakukan kontak mata! Pandanglah ia sekali-sekali untuk melakukan kontak mata (eye contact), meskipun hanya ada satu orang di ruangan –Anda sendiri!
GESTURE!
Gunakan gerakan tubuh (gesture), meskipun tidak ada orang yang melihat Anda. Anda adalah aktor. Saat berbicara di depan umum (public speaking), jika Anda punya mike portable (mudah dibawa), bergeraklah mengitari panggung. Bayangkan Anda adalah seorang aktor yang sedang “mentas” di televisi.
JEDA!
Jedalah untuk beberapa detik untuk membiarkan pesan Anda sampai ke pendengar. Saat jeda, buatlah kontak mata. Anda juga bisa jeda jika mencari gagasan berikutnya.
INFLEKSI!
Pelajarilah cara orang berbicara saat ngobrol dan gunakan pola pembicaraan itu ketika memnbaca naskah. “Intiplah” pembicaraan orang di restoran. Perhatikan bagaimana dinamika vokal mereka berfluktuasi: lebih keras, lebih lembut. Juga perhatikan obrolan itu berubah-ubah arah dan bagaimana tingkat lagu kalimat (range of inflection) mereka melebar.
MENGATASI GUGUP
Mulut Anda kering, jantung berdebar, dan lutut bergetar. Anda pun panik! Ya, Anda gugup (nervous). Lantas harus bagaimana?
1. Tarik nafas yang dalam – penuhi tubuh Anda dengan oksigen. Ini akan membantu otak Anda bekerja.
2. Gerakan badan Anda (bluff). Berdiri tegak, layaknya tentara berbaris dengan bahu dan dada yang tegap. Lalu tersenyumlah! Meskipun Anda tidak merasa bahagia atau percaya diri, lakukanlah. Anda akan tampak percaya diri dan tubuh Anda akan “mengelabui” otak Anda untuk berpikir bahwa ini adalah percaya diri. Bluff – body and smile
3. Jaga agar mulut dan tenggorokan Anda tetap basah. Siapkan selalu air mineral, jangan sampia mulut dan tenggorokan Anda kering.
4. Lancarkan aliran darah dengan memijat dahi.
5. Pastikan Anda sudah siap. Siapkan bahan pembicaraan, pahami tema atau naskah.
TEKNIK VOKAL
Penyiar harus lancar bicara dengan kualitas vokal yang baik. Teknik vokal yang diperlukan antara lain kontrol suara (voice control) selama siaran, meliputi pola titinada (pitch), kerasnya suara (loudness), tempo (time), dan kadar suara (quality).
Diafragma!
Kualitas suara yang diperlukan seorang penyiar adalah “suara perut”, suara yang keluar dari rongga badan antara dada dan perut –dikenal dengan sebutan “suara diafragma”. Jenis suara ini akan lebih bertenaga (powerful), bulat, terdengar jelas, dan keras tanpa harus berteriak.
Untuk bisa mengeluarkan suara diafragma, menurut para ahli vokal, bisa dilakukan dengan latihan pernafasan, antara lain:
a. Ucapkan huruf vocal A, I, U, E, O dengan panjang-panjang. Contoh: tarik nafas, lalu suarakan AAAAAaaaaaaaaaaaaa… (dengan bulat), terus, sampai habis nafas. Dilanjutkan lagi untuk huruf lainnya.
b. Suarakan AAAAaaaaaaa… dari nada rendah, lalu naik sampai AAAAaaaaaaa… nada tinggi.
c. Ambil napas pelan-pelan. Ketika diafragma dirasa udah penuh, buang pelan-pelan. Untuk nambah power, buang nafas itu, hela dengan cara berdesis: ss… ss… ss… (putus-putus), seperti memompa isi udara keluar. Akan tampak diafragma Anda bergerak.
d. Saat mengambil napas, bahu jangan sampai terangkat. Kalau terangkat, berarti Anda bernapas dengan paru-paru. Contoh: ketika orang sedang ambil napas mendadak karena kaget, ia akan mengambil napas dengan paru-paru. Makanya, orang kaget suka megang dada.
INTONASI
Intonasi (intonation) adalah nada suara, irama bicara, atau alunan nada dalam melafalkan kata-kata, sehingga tidak datar atau tidak monoton. Intonasi menentukan ada tidaknya antusiasme dan emosi dalam berbicara.
Misalnya, mengucapkan “Bagus ya!” dengan tersenyum dan semangat, akan berbeda dengan mengucapkannya dalam ekspresi wajah datar, bahkan nada sinis. Latihan intonasi bisa dengan mengucapkan kata “Aduh” dengan berbagai ekspresi –sedih, kaget, sakit, riang, dan seterunya.
AKSENTUASI
Aksentuasi (accentuation) adalah logat atau dialek. Lakukan penekanan (stressing) pada kata-kata tertentu yang dianggap penting. Misal, “Saat sakit, tindakan terbaik adalah dengan minum obat”; atau “Saat sakit, tindakan terbaik adalah dengan minum obat”; “Saat sakit, tindakan terbaik adalah dengan minum obat”.
Aksentuasi dapat dilatih dengan cara menggunakan “konsep suku kata” -dan, yang, di (satu suku kata); minggu, jadi, siap, Bandung (dua suku kata); bendera, pendekar, perhatian (tiga suku kata); dan sebagainya. Ucapkan sesuai penggalan atau suku katanya!
SPEED
Gunaka kecepatan (speed) dan kelambatan berbicara secara bervariasi. Kecepatan berpengaruh pada kejelasan (clarity), juga durasi. Kalo waktu siaran sudah mepet, kecepatan diperlukan.
ARTIKULASI
Artikulasi (articulation), yaitu kejelasan pengucapan kata-kata. Disebut juga pelafalan kata (pronounciation). Setiap kata yang diucapkan harus jelas, misalkan harus beda antara ektrem dengan eksim. Seringkali, dijumpai kata atau istilah yang pengucapannya berbeda dengan penulisannya, utamanya kata-kata asing seperti “grand prix” (grong pri), atau nama-nama orang Barat — -”Tom Cruise” (Tom Cruz), George Bush (Jos Bus), dan banyak lagi.
BE YOURSELF
Keaslian (naturalness) suara harus keliar. Bicara jangan dibuat-buat. Anda harus menjadi diri sendiri, be yourself, tidak meniru orang lain.
CERIA
Kelincahan (vitality) dalam berbicara sehingga dinamis dan penuh semangat, cheerful! Anda harus ceria selalu. Jangan lemas, lunglai, nanti terkesan tidak mood, apalagi ”judes”! Ingat, penyiar adalah penghibur, entertainer!
HANGAT
Keramahtamahan (friendliness) sangat penting. Anda harus sopan, hangat, dan akrab. Penyiar profesional menjadi teman dekat bagi pendengar.
Sumber : www.baturajaradio.com
Selasa, 01 November 2011
Kemampuan dasar yang harus dimiliki Broadcaster / Newscaster
1. Kemampuan vokal:
* memiliki kualitas vokal yang bagus, bulat dan tidak pecah
* memiliki artikulasi yang jelas
* bisa berekspresi melalui suara
* bisa memainkan intonasi suara
* bisa mengatur kecepatan bicara
* cukup memiliki kemampuan verbal
2. Kemampuan personal:
* suka bicara dan bisa menjadi pendengar yang baik jika berhadapan dengan narasumber / saat melakukan wawancara
* memiliki spontanitas yang baik
* memiliki kepekaan terhadap situasi
* mampu menjaga emosi, terutama pada saat siaran
* percaya diri saat berbicara / siaran
* memiliki rasa ingin tahu
* bisa berkonsentrasi
* memiliki sense of humor
Senin, 31 Oktober 2011
Bekal Sang Penyiar
Menjamurnya radio radio siaran merupakan buah dari dibukanya kran kebebasan pers di Indonesia. Di satu sisi hal itu bagus karena membuka lapangan kerja sekaligus memberikan alternatif media hiburan dan informasi. Namun di sisi lain bisa juga menjadi bumerang jika tidak dibarengi dengan akselerasi dalam meningkatkan kualitas SDM di berbagai sektor yang terkait.
Radio menjadi media yang bisa masuk ke segala usia, status ekonomi mau pun tingkat pendidikan. Radio adalah satu satunya hiburan yang bisa diakses secara murah, dan langsung merambah ruang ruang pribadi pendengarnya. Orang bisa mendengarkan radio di mana saja. Hampir setiap aktivitas bisa dilakukan secara bersamaan dengan kegiatan mendengarkan radio. Saya katakan hampir, karena orang yang sedang bikin aransemen musik misalnya, akan buyar konsentrasinya jika dilakukan sambil mendengarkan radio. Tapi sebagian besar lainnya bisa. Orang masak, belajar, nongkrong, bahkan di mobil, bisa sambil mendengarkan radio.
Mengingat aksesibilitasnya yang begitu tinggi, radio bisa menjadi sarana ampuh mencerdaskan bangsa. Itu idealnya. Aspek praktisnya, informasi informasi penting yang bermanfaat bisa lebih cepat menyebar melalui radio, selain iklan sebagai urat nadi kehidupan radio komersial. Namun tentu saja, hal itu harus dibarengi peningkatan kualitas SDM yang bagus, termasuk penyiar sebagai salah satu ujung tombaknya. Jika tidak, maka yang terjadi adalah pembodohan dan penumpulan secara massal.
Adalah sebuah keniscayaan untuk mencetak penyiar penyiar yang handal, cerdas, berwawasan luas, serta memiliki integritas tinggi terhadap bidang yang digelutinya. Semua itu bisa diringkas dalam satu kata: profesional.
Jika Anda ingin menjadi penyiar profesional, tentu harus ada usaha yang dilakukan untuk mencapainya. Profesionalitas membutuhkan kemauan dan kerja keras.
Buku ini ditulis sebagai panduan bagi Anda yang ingin menjadi penyiar yang bukan sekedar ingin dikenal, ngetop, dan sesudah itu HABIS. Tidak masalah apakah Anda sudah lama menjadi penyiar, baru menjadi penyiar, atau bahkan baru sampai bab niat J, buku ini tetap perlu Anda baca, sebagai panduan praktis untuk mencapai kemajuan. Pilihannya hanya dua: menjadi profesional atau tetap amatir. Setuju?
PENYIAR
Apa definisi penyiar? Pada dasarnya, inti dari definisi penyiar sudah jelas dan disepakati secara umum. Penyiar dalam bahasa Inggris disebut announcer atau broadcaster, yakni orang yang yang meyampaikan sesuatu kepada banyak orang. Jadi, sampai di sini, untuk sementara mari kita sepakati bahwa penyiar adalah: orang yang tugasnya menyampaikan sesuatu kepada publik atau pendengar. Untuk penyiar radio, tugasnya adalah menyampaikan sesuatu kepada pendengar radio. Saya ingin menegaskan kata kata pendengar radio, dan bukan pendengar tukang obat, pendengar ceramah, pendengar gossip dll. Kenapa saya katakan demikian? Karena jelas sekali bahwa tugas dan fungsi penyiar sangat berbeda dengan tukang obat, penceramah atau yang lainnya, serta perlu bekal khusus untuk menjalankan tugas dan fungsi tersebut. Hal ini akan kita bahas kemudian secara lebih rinci.
BEKAL UNTUK MENJADI PENYIAR
Dalam melakukan sesuatu, apa pun itu, selalu perlu bekal agar apa yang kita lakukan bisa lebih maksimal. Maksud saya di sini adalah persiapan yang matang sebelum melakukan sesuatu sehingga semuanya bisa berjalan lancar dan hasilnya bagus. Jika kita akan masak sesuatu, pasti kita harus menyiapkan segala sesuatunya terlebih dahulu. Kompor, minyak goreng, bahan yang akan dimasak, bumbu, resep masakan, dan yang pasti orang yang akan memasaknya.
Hal yang sama juga diperlukan oleh penyiar ataupun calon penyiar. Banyak hal yang perlu dipersiapkan. Saya akan mencoba menyederhanakan kualifikasi atau persyaratan untuk menjadi seorang penyiar:
Bisa ngomong
Setiap orang, kecuali tuna wicara, pasti bisa ngomong. Tapi maksud saya di sini adalah ngomong sebagai seorang penyiar. Lho, emang ada bedanya ngomong biasa dengan siaran? Jelas beda. Tapi ingat, bukan berarti ngomong pada saat siaran harus terkesan dibuat buat (sering saya temukan pada penyiar penyiar pemula, sehingga orang �pegel� mendengar lafal, intonasi dll yang tidak natural). Bedanya adalah, ngomong biasa tujuannya untuk berkomunikasi dan tidak selalu untuk menyenangkan orang lain (bisa saja kan, kita ngomong untuk mengekspresikan kemarahan, kekesalan kepada orang lain J). Siaran, juga mengkomunikasikan sesuatu, namun penyiar harus SELALU BERUSAHA menyenangkan dan menghibur orang lain.
Cerdas
Orang pinter (maksudnya bukan dukunJ) belum tentu cerdas, tapi orang cerdas pasti pinter. Cerdas adalah berpikir taktis, luwes dan strategis. Ini sangat diperlukan untuk menjadi seorang penyiar. Pada saat siaran, apalagi berinteraksi dengan pendengar, segala kemungkinan bisa terjadi. Untuk menghadapinya diperlukan langkah langkah taktis, strategis dan luwes. Bagaimana menghadapi orang yang ngotot minta lagu, orang yang nggak mau berhenti ngomong on air di telepon, dll. Juga untuk hal hal lainnya.
Memiliki Wawasan Yang Luas
Kenapa wawasan? Siaran bukan hanya baca SMS, request (baca riKWes, bukan riKes), atau sekedar kirim salam dan lagu. Lebih dari itu, penyiar harus berusaha menjadi agent of enlightenment (agen pencerahan). Maksudnya, penyiar harus selalu berusaha agar kata kata yang dia ucapkan bermanfaat bagi pendengar, dan bukan sekedar menghibur. Tapi ingat, posisikan diri Anda sebagai partner atau mitra yang sejajar dengan pendengar. Jangan merasa lebih pintar dari pendengar, tetapi juga jangan sebaliknya. Sejajar, jangan menggurui. Anda pasti bisa membedakan atau merasakan mana yang terkesan menggurui dan mana yang tidak.
Memiliki Rasa Seni dan Rasa Humor Yang Tinggi
Anda mungkin bertanya, kenapa demikian? Jawabannya, siaran adalah seni, karena siaran itu sesungguhnya merupakan sebuah proses berkesenian (ini saya yang berteori). Siaran menggabungkan seni berbicara, seni memilih kata, seni memilih lagu, seni merangkai lagu, seni mempengaruhi orang lain dan seni seni lainnya. Rasa humor juga berperan penting untuk menjaga agar siaran tidak kering dan membosankan. Tapi tolong hati hati: jangan mengungkapkan humor yang jorok, vulgar dan slapstick, mempermainkan cacat fisik, menyinggung SARA dll. Alih alih meningkatkan citra penyiar, hal itu malah akan berakibat buruk dan merendahkan kredibilitas penyiar yang bersangkutan serta radio tempat dia siaran.
Sebagai sebuah seni, siaran secara prinsip tidak bisa dinilai dengan angka, karena siaran bukan ilmu eksakta. Tidak ada jaminan bahwa jika siarannya begini, lagunya begini, maka pendengarnya akan begitu. Meski demikian, ada parameter yang bisa dijadikan ukuran meski �lagi lagi bukan berbentuk angka. Siaran yang baik, adalah siaran yang bisa menghibur, sekaligus juga menambah wawasan pendengar.
Pada saat seseorang mendengarkan siaran radio, yang terpengaruh langsung adalah otak dan pikirannya, sementara indera lainnya bisa melakukan fungsi masing masing untuk kegiatan lain. Orang bisa masak sambil mendengarkan radio dengan tetap berkonsentrasi baik terhadap apa yang dia dengar di radio, mau pun terhadap masakannya. Ini yang tidak bisa dilakukan orang sambil nonton TV, karena pasti ada satu konsentrasi yang harus dikorbankan, apakah acara TV atau masakan. Karena itu siaran radio sering diibaratkan sebagai theater of mind, sebuah pertunjukan teater dalam pikiran pendengar. Kalau siarannya bagus, maka bagus pula pertunjukkan yang �dipertontonkan� dalam ruang pikiran pendengar. Sebaliknya jika siarannya jelek, maka jelek pula pertunjukkan drama di pikiran penonton. Akibatnya? Penonton bubar
Siap Menghibur
Melawak? Bukaaann.. Menghibur di sini maksudnya membuat pendengar merasa senang dan nyaman mendengarkan siaran kita. Melawak adalah bagian dari menghibur dan bukan satu satunya cara untuk menghibur. Bagaimana cara membuat pendengar merasa senang dan nyaman? Ada banyak cara, diantaranya:
a. Pronunciation/ lafal yang jelas dan jernih
Jangan bikin kesal pendengar dengan lafal seperti orang kumur kumur, sehingga orang harus memusatkan konsentrasi untuk memahami ucapan kita. Radio adalah media paling fleksibel di mana orang masih bisa melakukan pekerjaan lain sambil mendengarkan radio, tanpa harus memecah konsentrasi.
b. Diksi atau pilihan kata yang tepat dan variatif
Tepat, maksudnya sesuaikan dengan segmen pendengar dari acara yang Anda bawakan. Contoh, jangan terlalu banyak menggunakan istilah istilah asing jika Anda membawakan acara siaran pedesaan. Jangan gunakan bahasa Indonesia baku, jika segmen pendengar Anda adalah ABG. Ini adalah contoh contoh yang ekstrim, sekedar untuk memperjelas. Kalau itu dilakukan, dijamin, Anda akan ditinggalkan.
Variatif maksudnya tidak monoton. Adakalanya tanpa kita sadari, kita sering mengulang ulang kata tertentu terlalu banyak. Kata oke, biasanya ada di urutan pertama, disusul kata baik. Bukan tidak boleh, tetapi jangan terlalu sering, apalagi jika kata kata tersebut kita ucapkan setiap kita kehabisan kata kata. Pendengar pasti BOSAN.
c. Memilih dan merangkai lagu
Dulu orang siaran ditemani operator yang membantu memilih, menyusun dan memutar lagu. Sekarang, seiring dengan berkembangnya kemajuan teknologi, penyiar dituntut untuk self operating pada saat siaran. Jadi, penyiar juga dituntut untuk memiliki kemampuan memilih dan merangkai lagu dengan lagu, serta lagu dengan kata kata yang diucapkannya, sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh.
Antara satu lagu dengan lagu yang lain tidak boleh terkesan taringgul (Sundanese pisan nya) atau njomplang (ini too Javanese). Maksudnya turun naik flow lagu tidak boleh terlalu tajam. Misalnya, setelah lagu Metallica (rock) langsung disusul Julio Iglesias (pop cintaJ). Ini nggak nyambung, dan merusak keutuhan kesan dari sebuah acara. Antara lagu dengan lagu lainnya harus smooth atau halus perpindahannya.
Selalu Mau Belajar
Di dunia ini tidak ada yang statis. Semua dinamis dan berkembang dari waktu ke waktu. Untuk menjadi penyiar yang baik (tidak perlu hebat, yang penting baik) kita harus selalu mau belajar dan membuka diri terhadap hal hal baru. Penyakit yang membuat orang sulit maju dalam membuka wawasan adalah merasa paling hebat sehingga selalu beranggapan bahwa orang lain lebih rendah dalam semua hal. Mulailah untuk belajar tentang banyak hal dari siapa pun. Ini akan memperluas cakrawala berpikir kita dan bisa menjadi modal yang hebat sebagai penyiar. Penyiar harus tahu tentang banyak hal meskipun serba sedikit, daripada tahu banyak tentang sedikit hal.
Nah, sampai di sini Anda pasti sudah bisa membayangkan bahwa menjadi penyiar seungguhnya bukan pekerjaan mudah, sampingan, tambahan dan sebagainya. Penyiar adalah sebuah profesi lengkap dengan segala atribut dan persyaratannya. Siaran bukan sekedar memilihkan lagu untuk pendengar dan menyampaikan salam antar pendengar. Lebih dari itu, siaran adalah sebuah proses interaksi, baik aktif mau pun pasif, antara penyiar dengan audiens sehingga terjalin hubungan saling menguntungkan. Ingat, posisi penyiar dan pendengar adalah sejajar dan menjadi mitra (partner) satu sama lain).
Penyiar harus memberi manfaat kepada pendengar, baik langsung maupun tidak langsung. Harus ada proses pencerahan yang terjadi, sehingga fungsi radio sebagai media pendidikan dan hiburan bisa berjalan sebagaimana mestinya.
SEPUTAR SIARAN
Siaran sesungguhnya melibatkan banyak pihak, dan bukan hanya penyiar. Ada Produser Siaran, ada Music Director, dll. Namun kita akan membatasi pembahasan kita dengan hal hal yang menyangkut penyiar, agar lebih fokus. Apa saja yang harus dilakukan seorang penyiar dalam hal siaran? Banyak Tapi tidak usah kaget dulu, karena semuanya pasti bisa dilakukan, sepanjang kita punya kemauan. Mari kita sederhanakan masalahnya.
Saya membagi kegiatan seorang penyiar ke dalam empat empat hal, yakni hal yang perlu dilakukan sebelum siaran, pada saat siaran, sesudah siaran, dan di luar siaran. Gampang kan?
a. Sebelum Siaran
Jangan meremehkan siaran hanya karena Anda sudah terbiasa siaran dan merasa sudah menjadi penyiar. Sebelum siaran Anda harus mempersiapkan beberapa hal:
Persiapan fisik
Karena secara fisik (selain otak tentunya) siaran banyak menggunakan mulut, lidah, otot muka serta otot otot bagian kepala lainnya, lakukanlah peregangan dengan melakukan senam muka dan kepala setiap kali Anda mau siaran. Jika Anda pernah ikut sanggar teater, Anda pasti cukup familiar dengan senam seperti ini. Gerakannya bisa Anda ciptakan sendiri, sepanjang tidak membahayakan, sampai Anda merasa nyaman dan �siap tempur� di ruang siaran. Misalnya: gerak gerakan kepala Anda kiri kanan, depan belakang, putar putar. Lakukan hal yang sama untuk mulut, lidah, rahang, pipi dll. Hasilnya, organ organ bicara Anda akan lebih lentur, dan ini membantu Anda untuk berbicara lebih lancar. Untuk bagian tubuh lainnya, lakukan seperlunya. Ingat Anda akan bersiaran, dan bukan lomba marathon.
Jangan Biasakan Terlambat
Terlambat merupakan kebiasaan buruk. Sebaiknya, datanglah minimal 15 menit sebelum siaran dimulai, agar Anda lebih siap menjalankan tugas Anda sebagai penyiar. Paling tidak, suasana psikologis Anda akan lebih �matching� dengan kondisi ruang siaran.
Berbahagialah Anda yang menjadi penyiar saat ini. Teknologi telah sangat banyak menolong Anda dengan segala macam kemudahan. Lagu, iklan, tinggal klik. Beres.
Dulu, kalau mau siaran, minimal 1 jam sebelum siaran harus sudah datang, karena banyak yang harus disiapkan. Memilih lagu di �diskotik� (istilah untuk ruang penyimpanan kaset dan PH), mengisi daftar peminjaman kaset, mengecek kaset, mengepas lagu yang akan diputar, dll.
Persiapan Materi Siaran
Ini juga harus disiapkan. Jangan siaran mengandalkan naluri. Hasilnya tidak akan maksimal, dan format acara jadi tidak terarah. Ini juga akan menyebabkan kita sering kehilangan kata kata pada saat siaran. Paling tidak, siapkan satu topik untuk Anda bahas, dan pelajari betul materi yang akan Anda sampaikan. Bila perlu catat semua itu, sehingga Anda akan lebih siap. Jangan lupa juga menyiapkan lagu sebagai bagian dari tema siaran Anda. Sesuaikan lagu dengan acara, jam siar (pagi, siang, sore malam), panduan siaran, serta tentu saja misi dan visi radio tempat kita siaran.
b. Pada Saat Siaran
1. Awali siaran Anda dengan lagu pembuka. Kalau acara yang Anda bawakan punya spot program, putar sebelum lagu pembuka. Setelah itu baru Anda buka acara, jangan terlalu panjang melainkan seperlunya saja. Jangan lupa sebutkan nama Anda dan acara. Jika acaranya bersifat interaktif dan membuka line telephone, sebutkan juga nomor telepon yang bisa dihubungi.
2. Jaga jarak antara mulut dengan microphone sekitar satu jengkal. Ini juga tidak mutlak, karena dipengaruhi oleh kepekaan dan jenis microphone yang kita gunakan. Yang penting jaga agar semua ucapan kita terdengar jelas dan jernih oleh pendengar. Sebagai patokan, kita bisa mendengar melalui headphone yang kita pakai pada saat siaran. Usahakan agar mulut tidak sejajar dengan microphone untuk menghindari efek pop up atau bunyi letupan pada saat mengucapkan huruf huruf tertentu seperti p, b dll.
3. Gunakan kata kata yang sopan dan ringkas. Pilih kalimat kalimat yang tidak terlalu panjang. Berbicara beda dengan menulis. Pendengar akan sulit menangkap maksud kalimat yang kompleks dan terlalu panjang. Dalam tulisan, jika pembaca kurang memahami kalimat yang panjang, maka dia bisa mengulangi membaca dari awal kalimat dan mencerna kembali sampai dia mengerti maksudnya. Pendengar radio tidak akan bisa memutar ulang ucapan penyiar yang tidak dipahaminya. Padahal, orang mendengarkan dengan maksud memahami sesuatu. Jika itu tidak diperolehnya, maka penyiar akan ditinggalkan.
4. Hindari salah mengucapkan nama, baik itu nama orang apalagi nama radio atau nama brand (merek), termasuk juga judul lagu dan nama penyanyi. Contoh, jangan melafalkan IRGI menjadi IRJI dengan berasumsi bahwa G diucapkan JEE dalam bahasa Inggris. Jangan ucapkan Shania Twain dengan lafal Sunda. Bacalah sesuai kemauan yang punya nama: Shenaye Twein. Ini nama, dan pengucapannya harus tepat. Kalau nama Anda Soni, maukah Anda dipanggil Sonay? Pasti Anda akan keberatan. Jadi, jangan sungkan untuk bertanya tentang pengucapan atau mengeja sesuatu nama. Orang Inggris sendiri tidak malu untuk bertanya: �How do you spell your name?� Itu karena mereka tidak mau salah menyebutkan nama.
5. Berbicara tidak terlalu lama, khususnya jika acara yang dibawakan bukan sebuah talk show atau siaran kata. Bicaralah seperlunya, usahakan tidak lebih dari 5 menit. Ya, ya, ini memang bukan matematika, 5 menit tentu bukan angka mati. Tapi jika lebih dari itu, saya jamin pendengar akan bosan. Selingi dengan lagu yang sudah Anda siapkan. Rangkaikan dengan iklan, PSA, insert dll. Jaga flow lagu agar tetap smooth dan enak didengar.
6. Sebaliknya, juga jangan terlalu lama memutar lagu, dan Anda tidak mau bicara. Sebagai penyiar, tugas Anda adalah berbicara (tapi bukan asal bicara). Jangan tinggalkan pendengar Anda lebih dari tiga lagu, kecuali terpaksa. Jaga agar ada keseimbangan antara musik dan kata sepanjang jam siaran Anda. Pendengar tentu ingin memastikan bahwa ia tidak sedang mendengarkan radio yang sedang siaran percobaan atau bahkan radio gelap.
7. Jangan lupa untuk memutar iklan sesuai jadwal. Ingat pemasang iklan adalah mitra kita. Jangan kecewakan mereka. Penyiar dan acara adalah etalase dari sebuah radio. Jika display nya bagus, orang akan tertarik untuk membeli, atau paling tidak untuk melihat lihat ke dalam. Semakin banyak orang mengunjungi �toko� kita, semakin besar minat pengiklan untuk bekerjasama dengan radio tempat kita bekerja.
8. Untuk format siaran yang mengharuskan kita berinteraksi dengan pendengar (by phone), usahakan agar tidak bertele tele seperti kita ngobrol biasa. Ingat, radio adalah media publik, dan banyak orang yang mendengarkan. Bicaralah dengan ramah, tapi tetap harus ada jarak pada saat on air, sedekat apa pun hubungan kita dengan orang yang menelepon. Batasi juga agar tidak terlalu lama, karena orang lain akan bosan, serta kemungkinan besar ada juga yang antri menunggu giliran menelepon. Mintalah dengan sopan untuk memberi kesempatan kepada yang lain, jika ada penelepon yang terlalu lama berbicara.
9. Untuk acara request lagu Anda perlu memperhatikan beberapa hal berikut ini:
Meskipun yang diputar adalah permintaan pendengar, namun cara penyajian tetap harus memperhatikan unsur keindahan. Flow lagu harus tetap terjaga, dan tugas penyiar adalah menyusunnya sedemikian rupa sehingga tidak njomplang, taringgul, acakadut dll. Artinya tidak perlu yang telepon saat ini, lagunya diputer saat itu juga.
Usahakan untuk tidak memutar 2 atau lebih lagu dari penyanyi yang sama dalam acara yang sama. Bahkan idealnya hal itu tidak boleh dilakukan pada hari yang sama. Apalagi kalau lagunya itu itu juga, dengan judul yang sama. Ini untuk menjaga agar pendengar tidak bosan, juga agar koleksi lagu kita tidak terkesan sedikit.
Jangan dijajah oleh pendengar. Juga jangan menjajah pendengar. Penyiar dan pendengar adalah mitra yang sejajar. Perlakukan mereka dengan baik, namun tetap menjaga otoritas kita sebagai penjaga gawang sebuah acara. Bila harus menolak permintaan pendengar, lakukan dengan cara yang sopan dan tidak menyinggung. Beri pengertian bahwa radio adalah milik publik dengan aturan tertentu dan menyangkut kepentingan banyak pihak sehingga tidak bisa memaksakan kehendak pribadi.
10. Jangan lupa memutar Station ID alias Station Identity alias Spot Identitas Radio. Ini penting untuk menanamkan brand image sebuah radio di pikiran pendengar. Selai itu, Station ID juga meringankan beban penyiar untuk mengulang ulang mengucapkan identitas radio. Putar Station ID ini secara tepat. Jika Anda punya rasa seni yang cukup bagus, Station ID ini bisa di mix dengan lagu sehingga terdengar indah dan menjalin satu lagu dengan lagu lainnya.
11. Akhiri siaran Anda dengan penutup ringkas. Jangan terlalu panjang, karena semakin panjang ucapan penutup kita, akan semakin sulit untuk mengakhirinya. Jangan lupa juga untuk meminta pendengar mengikuti acara selanjutnya. Akan lebih bagus jika Anda juga menyebutkan acara, dan penyiar yang siaran di jam berikutnya (setelah Anda). Jika ada hal yang menarik, jangan lupa untuk meyampaikannya juga. Contoh: � Pendengar, jangan lupa untuk menyimak perbincangan kami dengan pakar telematika Onno W. Purbo beberapa saat lagi, yang akan dipandu oleh Nina di acara Expert Talks�. Ini akan mengikat pendengar untuk tidak memindahkan channel frekwensi radionya ke radio lain.
12. Siapkan satu atau dua lagu untuk penyiar berikutnya, sekedar jaga jaga siapa tahu penyiar berikutnya datang telat. Lihat acaranya, pilih lagunya sesuai dengan panduan acara yang bersangkutan. Kalau jenis lagu acara Anda dengan acara berikutnya sangat jauh berbeda (misal: jazz, dan acara berikutnya dangdut), selingi beberapa saat dengan Station ID, PSA (iklan layanan Masyarakat), spot promo acara dll. Buatlah semulus mungkin agar pendengar tidak merasa janggal mendengarnya.
c. Sesudah Siaran
Jangan meninggalkan ruang siaran dalam keadaan berantakan. Jaga agar ruang siaran menjadi tempat yang menyenangkan untuk kita mau pun penyiar yang lain. Pastikan komputer dan peralatan siaran lainnya berfungsi dengan baik setelah kita pakai, sehingga penyiar berikutnya tidak akan menemui kesulitan menjalankan tugasnya. Jangan lupa mengisi absen (jika Anda part timer) karena itu akan berpengaruh terhadap perhitungan wages (bayaran Anda). Log iklan juga harus diisi, untuk laporan ke pengiklan
d. Di Luar Siaran
Di luar siaran di sini maksudnya adalah Anda sebagai pribadi di luar jam siaran. Terlepas dari apakah Anda seorang penyiar part timer (dibayar hanya untuk siaran) atau pun penyiar full timer (dibayar sebagai karyawan sebuah radio), Anda tetap memiliki kewajiban untuk menjaga citra profesi Anda sebagai penyiar dan citra lembaga penyiaran tempat Anda bekerja. Ini juga berlaku di luar jam kerja Anda. Sebagai panduan, ada beberapa hal yang harus Anda perhatikan:
1. Be profesional
Kalau Anda serius ingin menjadi penyiar, bersikaplah profesional. Saya ingin mengingatkan bahwa profesi adalah pekerjaan di mana Anda mendapatkan imbalan atas kemampuan yang Anda miliki di bidang tertentu dan Anda bekerja dengan menggunakan kemampuan Anda tersebut. Seorang profesional tidak pernah berhenti belajar dan berusaha terus untuk meningkatkan kemampuannya secara maksimal.
Selain itu perhatikan juga hal hal berikut:
Anda bekerja sebagai penyiar dan dibayar oleh perusahaan tempat Anda bekerja. Patuhi aturan yang sudah disepakati dan jalankan sebagaimana mestinya.
Jangan pernah meminta sesuatu dari pendengar, jangan terkesan mengharap diberi sesuatu oleh pendengar, karena itu akan menurunkan citra dan wibawa Anda sebagai penyiar. Terimalah kalau orang memberi karena itu rezeki, tapi jangan pernah meminta.
Banyak banyaklah membaca karena hal itu akan meningkatkan wawasan dan kemampuan Anda bersiaran. Ingat, tugas penyiar bukan sekedar membacakan request dari pendengar. Lebih dari itu, tugas penyiar adalah menyampaikan sesuatu yang bermanfaat bagi pendengar, lebih jauhnya lagi memberikan pencerahan kepada pendengar.
2. Jaga Sikap Anda
Jaga sikap bukan berarti Anda harus Jaim (jaga image) dalam pengertian ABG. Jaga sikap di sini maksudnya Anda harus lebih berhati hati bersikap karena penyiar adalah public figure dalam scope yang lebih kecil (public figure kecil kecilan J). Itu adalah sebuah resiko dengan segala konsekuensinya. Anda diperhatikan lebih banyak orang dan pada saat yang sama Anda mewakili pribadi sekaligus mewakili institusi radio tempat Anda bekerja. Anda bukan lagi pribadi yang sepenuhnya bebas bersikap karena sebagian dari diri Anda adalah milik publik, dalam hal ini pendengar Anda. Jadi, hati hati, karena saat ini Anda adalah seorang professional sekaligus public figureJ. Hindari hal hal yang bisa mengundang citra negatif, atau Anda akan kehilangan pamor sebagai penyiar profesional. Pilihannya hanya dua, amatir atau professional.
Mau yang mana?
Selamat berkarya
Tata Danamihardja
Mantan Penyiar dan Pemerhati Radio
Penyiar Profesional: ‘Gak Cukup dengan Suara Bagus!
SUARA EMAS (Golden Voice) adalah modal utama penyiar. Tapi ketahuilah, suara bagus saja tidak cukup untuk menjadi penyiar pro. Suara bagus akan menjadi tidak bagus, gak enak didengar, jika sang pemilik suara sering mengatakan “OK”, “yang pasti”, atau “pastinya” secara berulang-ulang alias latah!
Kita juga sering melihat atau mendengar seorang MC yang “mengobral” kata-kata “OK”. Entah berapa ratus kata “OK” yang meluncur dari mulutnya selama ia berbicara. Mengenai hal itu, kita simak apa yang pernah dikemukakan MC kawakan, Krisbiantoro. Suatu ketika, ia berada di acara yang sama dengan MC muda usia, 20-an tahun. Krisbiantoro yang sudah dikenal pada awal 1970-an itu prihatin karena MC muda itu meneriakkan kata “OK” sampai ratusan kali.
Krisbiantoro lalu menanyakan soal obral kata “OK” itu. “Saya bilang sama dia, ’Mbak-mbak, mbok ya okay-nya dikurangi’.” Dengan jujur, pembawa acara muda itu mengaku. “Iya Oom, kadang saya blank (kosong) dan tak tahu harus ngomong apa,” kata Kris menirukan rekan mudanya (Baca ASM. Romli, Kiat Memandu Acara: Teknik MC & Moderator, Nuansa Bandung, 2006).
Begitulah “si oke” menjadi senjata ampuh untuk mengisi kekosongan seorang MC atau penyiar radio. Dalam pendapat Krisbiantoro, rentetan kata “oke” itu muncul dari kedangkalan wawasan dan ketidaksiapan sang presenter. Kedangkalan atau keterbatasan wawasan itu pula yang kemudian melahirkan tabiat yang di mata penonton/pendengar terasa aneh, lucu, dan memuakkan. “Untuk menghindari kekosongan itu kita sering melihat sepasang pembawa acara teriak-teriak, sedangkan yang lain tepuk tangan sendiri lalu tertawa sendiri,” kata Krisbiantoro (Kompas, 21 November 2004).
Ini soal nonteknis. Soal wawasan ini penting banget, tidak boleh diabaikan. Kelancaran bicara bergantung pada wawasan penyiar. Penyiar yang tidak punya wawasan atau pengetahuan yang banyak, siarannya akan ”kering”, cuma ”say hello”, sering mengulang kata yang sama seperti kata “OK” tadi, dan kirim-kirim salam doang, trus puter lagu. Ah, ’dak ada isinya!
Untuk memiliki wawasan yang luas, penyiar harus rajin baca –baca koran tiap hari, majalah, artikel, buku, juga sering nonton berita televisi dan acara lainnya. Lebih baik lagi jika penyiar sering ikut hadir dalam acara diskusi, seminar, dan semacamnya.
Penyiar bisa menjadi andalan pendengar tentang banyak isu atau kejadian. Meraka, pendengar, selalu menganggap penyiar itu pergaulan dan wawasannya luas, sehingga ”banyak tahu” dan ”tahu banyak”. Penyiar harus in-touch dengan apa yang sedang menjadi pusat perhatian masyarakat. Dengan kata lain, kita harus “gaul” seperti mereka.
Lagi pula, bisa jadi penyiar setiap hari berhadapan dengan naskah yang berbeda. Nah, dalam menggunakan naskah itu sebagai bahan siaran, misalnya tips atau informasi aktual (berita), penyiar harus paham betul isi naskah itu. Belum lagi kalau harus siaran talkshow, bincang-bincang dengan narasumber. Tak jarang ’kan, narasumber atau bintang tamu mengemukakan topik atau istilah yang ”aneh-aneh”, disangkanya penyiar akan selalu mengerti.
Dijamin, kalo penyiar banyak baca, sehingga banyak tahu dan tahu banyak, siarannya akan berkualitas, ”bernas”, berisi, intelek, dan disukai pendengar. Siarannya tidak cuma bermodal suara bagus, tapi juga wawasan yang luas.
Itulah sebabnya, tidak sedikit radio mensyaratkan penyiarnya minimal D3, pernah kuliah, jurusan apa saja, tidak mesti jurusan broadcast atau penyiaran. Orang yang pernah kuliah diasumsikan ”haus ilmu” dan ”daya nalar”-nya terasah semasa kuliah. Pengalaman akademis dan intelektualnya sangat menunjang dirinya dalam siaran yang didengar banyak orang dengan berbagai tingkat kecerdasan dan pengetahuan. Karena pada intinya, pendidikan formal itu dibutuhkan untuk memperluas cakrawala pengetahuan.
Penyiar juga terkadang berhadapan dengan situasi yang tak terduga. ‘Dalam sebuah siaran interaktif, pendengar radio terkadang memberi pertanyaan di luar topik.
Tentu saja, selain wawasan, penyiar juga harus menguasai teknik vokalisasi dan verbalisasi yang baik, sense of humor, sense of music, pemahaman alat siaran, pemahaman dan wawasan musik/lagu, dan sebagainya.
Penyiar radio merupakan sebuah pekerjaan yang mempunyai nilai seni yang sangat tinggi,karena berbagai skill dapat kita tampilkan disana.Dari mulai skill berbicara sampai skill kepintaran otak yang kita miliki.Berikut ini adalah beberapa tips menjadi penyiar radio yang profesional.
1.Jaga vokal agar tetap stabil dari berbagai gangguan seperti serak,atau suara aneh akibat pilek,dalam hal ini perbanyak konsumsi makanan yang mengandung vitamin c
2.Posisi pada saat kita siaran juga harus diperhatikan.Usahakan perut tidak berlipat agar suara yang kita hasilkan dapat keluar dengan maksimal tanpa gangguan
3.suara yang bagus dalam siaran bukan dengan volume yang tinggi tapi dengan kestabilan suara,jadi usahakan perkecil volume suara anda agar tidak gampang kecapean
5.Usahakan karakter vokal kita ngebass dan soft,karena menurut survey karakter seperti inilah yang paling enak didengar
6.Jangan mengeluarkan vokal yang monoton,usahakan beri gelombang dan penekanan agar pendengar tidak cepat bosan mendengarkan suara kita
7.Jangan pernah berpura-pura tertawa pada saat siaran karena akan terdengar garing oleh pendengar.Jika memang lucu barulah anda boleh tertawa
8.Berbicaralah seakan-akan pendengar ada didepan anda,dalam hal ini ekspresi mimik muka dan gerakan tangan harus dibutuhkan untuk memperbesar penjiwaan
9.Buatlah suasana semeriah mungkin karena rata-rata orang yang mendengarkan radio berniat untuk mencari hiburan bukan kesedihan kecuali jika anda membuka acara curhat
10.Lakukan pendengar seperti raja jangan sekali-kali menyinggung perasaan mereka
11.Perbanyak pengetahuan tentang dunia musik jangan sampai pendengar lebih tahu dari anda
12.Perbanyak kosa kata pemanis dan penyambung siaran seperti:”yang pastinya”,”anyway”,dsb
13.Siapkan pokok pembicaraan sebelum masuk ke salah satu season yang dapat kita gunakan apabila kita mentok dan habis kata-kata
14.Pilihlah backsound yang sesuai dg tema siaran anda,agar emosi pendengar dapat lebih klimaks.
Langganan:
Postingan (Atom)